Move On ~ 2

Sudahlah, Sheena! Kumohon berhenti menangis! Batinku, aku tak mungkin dapat mengutarakannya. Aku tahu bagaimana rasanya hati dipatahkan. Dan aku tahu bagaimana sakitnya bila cinta bertepuk sebelah tangan. Jadi, aku tak mungkin bisa memaksanya untuk berhenti bersedih.

Aku tahu Sheena sangat mencintai Mario. Ya, aku tahu itu dan aku mencoba untuk menoleransinya. Walau harus merasa sedikit sakit di dalam. Siapa sih yang tidak sakit bila melihat orang yang dicintai berbahagia dengan orang lain? Tapi aku percaya, itu akan jauh lebih baik dibanding dia yang ku cintai tidak berbahagia dengan diriku sendiri. Apa boleh buat, kebahagian Sheena adalah kebahagianku juga. Dan saat melihat Sheena bersedih seperti ini, aku tak mungkin diam saja.

“Kao, Aku—Aku tidak pernah merasa sebegini sakitnya. Aku yakin Mario tidak bermaksud menyakitiku, tapi… Ah!” lagi-lagi ia bergumam dengan bibirnya yang basah terguyur air mata. Aku hanya bisa memandanginya, di dalam pun aku merasa ikut terluka.

“Sheena, sudahlah. Cinta tak harus memiliki, kan?” Hanya itu yang bisa aku lontarkan. Aku tak ingin membuat hatinya semakin tergores lagi. Lagi dan lagi. Melihatnya menangis saja aku sudah tidak tahan. Aku tidak bisa membiarkan seorang wanita menangis di hadapanku, apalagi ini Sheena.

Continue reading